Kamis, 04 Februari 2016

Alur

Kejauhan, berdekatan, titik terang, gelap redup, satu cahaya, atau tidak hidup sama sekali.
Satu hal yang membuat "mengapa" menjadi hal paling aku takuti untuk diriku sendiri, saat dimana aku membenci diriku sendiri ketika aku bertanya "mengapa".
Otak ku mulai diracuni oleh banyaknya materi dunia dan ramainya masalah nilai, A, B,C,D atau entahlah aku tak perduli.
1 minggu yang lalu, aku datang kesini kota kelahiranku dengan damai, mengira saja saat itu hidup ku sedang tidak dikejar materi kuliah, atau kekecewaan nilai. Ya tentu pasti aku terbalik mengira. Ah sudahlah aku benar-benar tidak perduli. Sampai pada suatu ucapan tentang doa seorang ibu untuk kesuksesan anaknya, aku kembali memutar leherku, meredupkan mataku berharap dapat melihat titik-titik dari sisa ketidakperdulianku kamarin. Sudahlah, mungkin tanda koma didepan mataku lah yang harus aku perjuangkan.
Baiklah permulaan awal ini aku diam di tempat, tidak mundur menunggu bait kasar berjalan.

Biasakan untuk tidak cengeng.
"Menangis" tidak akan ku berika air mataku pada materi dunia, walaupun kadang bisa jatuh sendiri karna hati yang meminta. "Duniawi" kenapa harus takut, entahlah mungkin aku perna berjanji pada seseorang yang menyayangiku akan membahagiakannya.
Inilah titik ketidakpastian yang besar, saat aku memilih lepas dari tangan mereka, berjalan sendiri membuka gerbang di keterpurukan, "aku yakin belum bisa" buktinya hari ini, dan jangan perna tanyakan "Mengapa" karna akan membuatku berfikir keras merangkai jawaban, sedangkan kamu pasti tidak akan mengerti, tanyakan sajalah "Apakah kau sanggup" maka akan kujawab dengan semangat mimik wajah, tapi tidak akan ku jawab dengan tangis diwajah.

Sudah mulai redup, bersiaplah untuk menceritaka hari esok. Thanks for read my blog.
By; ndew